Bahan
ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan
Nama
& E-mail (Penulis): Drs. Nurkolis, MM
Saya
Masyarakat di Jakarta
Tanggal:
25 Juni 2001
Judul
Artikel: Hakikat Desentralisasi Model MBS
Topik:
Manajemen Berbasis Sekolah
Artikel:
Hakikat Desentralisasi Model MBS Oleh Nurkolis
Sejak digulirkan UU No. 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku 1 Januari 2001, wacana
desentralisasi pemerintahan ramai dikaji. Pendidikan termasuk bidang yang
didesentralisasikan ke pemerintah kota/kabupaten. Melalui desentralisasi
pendidikan diharapkan permasalahan pokok pendidikan
yaitu masalah mutu,
pemerataan, relevansi, efisiensi dan manajemen, dapat terpecahkan. Cukupkah
desentralisasi pendidikan pada tingkat pemerintah kota/kabupaten? Pengalaman
berbagai negara menunjukkan bahwa desentralisasi pendidikan tidak cukup hanya
pada tingkat kota/kabupaten. Desentralisasi pendidikan untuk mencapai otonomi
pendidikan yang sesungguhnya harus sampai pada tingkat sekolah secara individual.
Mengapa perlu desentralisasi
pendidikan? Berbagai studi tentang desentalisasi menunjukkan bahwa pekerjaan
yang bersifat kompleks, dikerjakan dalam tim, mengandung unsur ketidakpastian,
dan berada dalam lingkungan yang cepat berubah tidak bisa dikelola secara
sentralistik. Pendidikan dan secara khusus lagi sekolah yang selama ini
dikelola secara sentralistik justru menimbulkan banyak masalah. Maka sekolah
yang memiliki karakteristik seperti itu harus didesentralisasikan. Salah satu
model desentralisasi pendidikan adalah Manajemen Berbasis Sekolah (School Based
Management).
Banyak pakar dan pemerhati
pendidikan menyumbangkan pikirannya untuk mengkaji model MBS yang cocok dengan
kondisi negeri ini. Namun jarang sekali yang menyinggung masalah isi (content)
yang tak lain merupakan hakikat desentralisasi itu sendiri. Hakikat
desentralisasi pendidikan adalah “apa dan kepada siapa” (what and to whom) dan
bukan aturan-aturannya (regulation).
Reformasi pendidikan di banyak
negara dimulai pada dekade 1980-an. Banyak sekolah di Amerika Serikat, Kanada
dan Australia yang berhasil menerapkan desentralisasi pendidikan dengan model
MBS. Malalui MBS sekolah memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan yang
terkait langsung dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah.
Dengan MBS unsur pokok sekolah
(constituent) memegang kontrol yang lebih besar pada setiap kejadian di
sekolah. Unsur pokok sekolah inilah yang kemudian menjadi lembaga
non-struktural yang disebut dewan sekolah yang anggotanya terdiri dari guru,
kepala sekolah, administrator, orang tua, anggota masyarakat dan murid.
Hakikat Desentralisasi
Menurut Wohlstetter dan Mohrman
(1993) terdapat empat sumber daya yang harus didesentralisasikan yaitu
power/authority, knowledge, information dan reward.
Pertama, kekuasaan/kewenangan
(power/authority) harus didesentralisasikan ke sekolah-sekolah secara langsung
yaitu melalui dewan sekolah. Sedikitnya terhadap tiga bidang penting yaitu
budget, personnel dan curriculum. Termasuk dalam kewenangan ini adalah
menyangkut pengangkatan dan pemperhentian kepala sekolah, guru dan staff
sekolah.
Kedua, pengetahuan (knowledge) juga
harus didesentralisasikan sehingga sumberdaya manusia di sekolah mampu
memberikan kontribusi yang berarti bagi kinerja sekolah. Pengetahuan yang perlu
didesentralisasikan meliputi : keterampilan yang terkait dengan pekerjaan
secara langsung (job skills), keterampilan kelompok (teamwork skills) dan
pengetahuan keorganisasian (organizational knowledge). Keterampilan kelompok
diantaranya adalah pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterampilan
berkomunikasi. Termasuk dalam pengetahuan keorganisasian adalah pemahaman
lingkungan dan strategi merespon perubahan.
Ketiga, hakikat lain yang harus
didensentralisasikan adalah informasi (information). Pada model sentralistik
informasi hanya dimiliki para pimpinan puncak, maka pada model MBS harus
didistribusikan ke seluruh constituent sekolah bahkan ke seluruh stakeholder.
Apa yang perlu disebarluaskan? Antara lain berupa visi, misi, strategi, sasaran
dan tujuan sekolah, keuangan dan struktur biaya, isu-isu sekitar sekolah,
kinerja sekolah dan para pelanggannya. Penyebaran informasi bisa secara
vertikal dan horizontal baik dengan cara tatap muka maupun tulisan.
Keempat, pengaharhaan (reward)
adalah hal penting lainnya yang harus didesentralisasikan. Penghargaan bisa
berupa fisik maupun non-fisik yang semuanya didasarkan atas prestasi kerja.
Penghargaan fisik bisa berupa pemberian hadiah seperti uang. Penghargaan
non-fisik berupa kenaikan pangkat, melanjutkan pendidikan, mengikuti seminar
atau konferensi dan penataran.
Dengan mendesentralisasikan empat
bidang tersebut diharapkan tujuan utama MBS akan tercapai. Tujuan utama MBS tak
lain adalah meningkatkan kinerja sekolah dan terutama meningkatkan kinerja
belajar siswa menjadi lebih baik.
KESIMPULAN
·
Sejak digulirkan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah yang berlaku 1 Januari 2001, wacana desentralisasi pemerintahan ramai
dikaji. Pendidikan termasuk bidang yang didesentralisasikan ke pemerintah
kota/kabupaten.
·
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan bentuk
desentralisasi pendidikan
·
Hakikat desentralisasi pendidikan adalah “apa dan kepada
siapa” (what and to whom) dan bukan aturan-aturannya (regulation).
·
Malalui MBS sekolah memiliki kewenangan dalam pengambilan
keputusan yang terkait langsung dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah
·
Menurut Wohlstetter dan Mohrman (1993) terdapat empat sumber
daya yang harus didesentralisasikan yaitu power/authority, knowledge,
information dan reward
KRITIK
Dalam artikel ini penulis sudah
cukup jelas mendeskripsikan tentang hakikat desentralisasi manajemen berbasis
sekolah, akan tetapi lebih lengkap apabila penulis memberikan gambaran yang
lebih jelas tentang kondisi pendidikan di negara Indonesia khususnya serta
memberikan solusi yang berkaitan dalam memajukan mutu pendidikan di
Indonesia.karena bagaimanapun sistem Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)ini harus
dapat mencapai tujuan utama
MBS tak lain adalah meningkatkan kinerja sekolah dan terutama meningkatkan
kinerja belajar siswa menjadi lebih baik.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya pada Blog ini. Thanks atas setiap Komentar, Masukkan, Saran, dan Kritik Y dapat membangun blog ini agar lebih baik lagi kedepannya. Berkomentarlah sesuai dengan Isi Bahasan Artikel. Mohon dengan Sangat Kepada Sobat-sobat untuk tidak berkomentar Y berbau unsur:
- Sara
- Pornografi
- No Spam !!! [Komentar menyertakan link aktif akan otomatis terdelete]
Terima Kasih atas Kunjungannya Sobat,,
Salam Sukses dari AF Sahabat Artikel